Senin, 21 Desember 2009

sinopsis novel "hades"

Pemuda itu begitu dingin dan misterius. Ia nyaris tak pernah bicara, tak pernah beranjak dari tempatnya, bahkan seolah tak pernah ada. Ia tak pernah peduli pada siapa pun di sekitarnya, selalu menyendiri, seolah hidup di dunia yang lain. Dialah narendra, anak dari Panji sastranegara (seorang anggota parlemen pusat) dan dewi (seorang artis terkenal).

Rendra , begitulah ia biasa dipanggil. Ia sudah menderita autis sejak kecil. Meskipun menderita autis, ayah rendra tak pernah mengijinkan anaknya untuk sekolah di sekolah khusus anak-anak gangguan mental karena ia malu jika masyarakat tahu anaknya abnormal. Berbagai terapi telah dilakukan untuk menyembuhkannya, namun karena perceraian kedua orang tuanya dua tahun yang lalu membuat narendra kembali menjadi semakin autis.

Dalam hidupnya rendra selalu berada dalam masalah pembunuhan, sudah ada 4 orang korbannya. Setiap kali rendra terlibat dalam kasus itu, maka setiap kali itu pula ia pindah sekolah. Ayah narendra selalu menutup-nutupi setiap kasusnya karena ia tidak ingin namanya tercoreng dan menjadi bahan pergunjingan masyarakat.

Kasus pembunuhan terakhir disekolahnya, memaksa rendra untuk pindah sekolah ke SMA Tunas Bangsa cimahi, Bandung. Disini ia bertemu dengan seorang wanita, bernama Pipit. Gadis ini sangat baik kepadanya, meskipun seluruh murid yang lainnya tidak suka dengan kedatangan rendra karena mereka menggangap rendra aneh.

Disekolah barunya ini, rendra kembali dituduh sebagai pelaku penganiayaan terhadap temannya yang bernama Sani. Sani ditemukan di gudang sekolah dengan badan terikat di kursi, mulut dibungkam oleh plester dan luka disekujur tubuhnya. Alasan temannya semakin kuat untuk menuduhnya, ketika mereka mendengar dering handphone sani yang bunyinya berasal dari tas ransel rendra.

Adip. Sahabat sani, menjadi sangat murka ketika mendapati sahabatnya itu babak belur. Ia langsung menghantam wajah Rendra. Namun, rendra masih memasang tampang kosongnya. Perbuatan adip terhenti, ketika guru baru yang bernama awidya menyeret rendra keluar dan pulang ke rumahnya. Awidya, bukanlah guru yang sesungguhnya, beliau hanya seorang terapis yang dibayar oleh Panji sastranegara untuk memantau keadaan anaknya disekolah.

Kejadian tersebut membuat kakak tiri rendra yang pertama bernama Erlangga marah besar. Angga merasa sudah tidak bisa lagi memaklumi perbuatan rendra, ia sudah lelah untuk selalu menutupi kesalahan adiknya. Sehingga ketika polisi datang, ia pun membiarkan polisi memeriksa rendra. Hal itu membuat ayah rendra marah besar, kemudian memecat angga dari perusahaanya dan mengusir angga dari rumahnya.

Malam hari setelah angga dipecat, satu pembunuhan terjadi lagi. Pembantu yang sudah merawat rendra sejak kecil dihempaskan dari tangga dan tewas. Saat kejadian, teman sekolah rendra yaitu raihan dan adip sedang mengintip dibalik kaca rumah rendra. Mereka melihat pembunuhan itu terjadi. Kedatangan mereka ke rumah rendra adalah untuk memberi pelajaran kepada rendra. Namun, mereka shock dan langsung berlari masuk ke rumah setelah melihat pembunuhan itu. Dilantai, tubuh perempuan lanjut usia itu sudah diselimuti darah. Sedangkan diatas tangga, mereka melihat rendra sedang berdiri mematung dengan tatapannya yang kosong.

Akibat dari pembunuhan itu, rendra dibawa ke Ruma Sakit Jiwa, karena diduga ia gila.

Pipit shock mendengar kabar itu, ia masih tidak percaya bahwa rendra pelakunya. Karena itu, ia mengajak adip dan raihan yang menjadi saksi mata untuk menyelediki kasus tersebut. Mereka bertiga pergi kerumah rendra. Didalam kamar rendra, banyak sekali cerita dan buku-buku tentang Hades.

Hades, adalah dewa kematian dalam mitologi yunani kuno. Disetiap buku tersebut terdapat pembatas-pembatas buku yang bertuliskan untuk doktrin rendra agar rendra yakin bahwa dia adalah dewa hades. Dalam pencarian barang bukti, mereka ditemani oleh terapis rendra yang bernama bayu. Mereka juga menemukan file chating di MiRC antara rendra dengan seseorang yang bernickname “Janus”.

Janus, dikenal sebagai dewa yunani yang menjadi dewa permulaan dan akhir. Isi chating antara rendra dan janus kurang lebih intinya sama dengan tulisan-tulisan yang ada di pembatas buku rendra.

Mereka menyadari bahwa rendra dimanupulasi oleh orang yang bernama Janus tersebut, dan mereka curiga dengan satu orang yaitu Rahardian atau Ian. Ian adalah kakak tiri rendra yang kedua. Mereka curiga dengan Ian, karena diketehui bahwa Ianlah yang suka memberikan rendra buku dan pembatas bukunya, serta banyak hal yang menimbulkan kecurigaan merujuk pada Ian.

Saat mereka sudah menyadari bahwa rendra bukanlah pelakunya, mereka langsung pergi ke rumah sakit jiwa dimana rendra berada. Saat mereka sampai di rumah sakit, diseberang jalan mereka melihat rendra sedang di seret oleh Ian. Merekapun membuntutinya, sampai disuatu tempat dimana ditempat itu sudah ada Angga.

Angga dan Ian beradu mulut, angga marah karena Ian telah tega memanipulasi rendra hanya karena ian merasa disepelekan oleh ayahnya panji. Dalam persepsi Ian, ia merasa bahwa ialah anak kandung Panji,tapi mengapa malah Rendra yang sangat disayangi oleh ayahnya. Namun ternyata Ian salah, karena sebenarnya anak kandung Panji adalah Rendra.

Tak beberapa lama setelah beradu argument dan saat ian akan membakar tubuh rendra yang sudah disiram bensin. Adip, raihan dan pipit keluar dari persembunyiannya. Keadaan semakin tegang, terjadi baku hantam.

Angga tertusuk pisau, Adip dan raihan berantem dengan orang suruhan Ian, sedangkan Ian sendiri akan membakar rendra. Saat itulah Dewi, ibu mereka datang, Dewi sangat marah kepada Ian karena Ian berani berbuat sedemikian jahatnya.

Kemudian tiba-tiba Ian mulai bertingkah aneh. Dia berdiri dengan gontai dan seperti orang linglung berjalan kembali ketengah ruangan, menjawil salah satu anak buahnya yang sedang berkelahi. Namun, preman suruhannya itu menyeringai sebal kemudian menghantam muka Ian. Ian limbung dan jatuh. Ian jatuh tepat dipuntung rokok yang tadi dijatuhkan salah satu anak buahnya. Dan, tiba-tiba saja kedua kakinya menyala. Api seolah datang begitu saja merambat cepat di kedua kakinya.

Dewi menjadi begitu histeris. Ia mendekati Ian seraya menyambar apapun yang bisa digunakan untuk mematikan api. Ian menjerit-jerit kesakitan. Adip, raihan dan bayu masih melawan preman.

Rendra bangkit. Kedua tangannya dicengkramkan ditelinganya. Dia berteriak untuk meminta tolong hentikan jeritan-jeritan itu. Ia merasa telinganya sakit. Ia mengucapkan hal itu berulang kali sambil keluar dan berlari ketengah jalan saat sepasang sinar mobil dengan kecepatan tinggi tiba-tiba melesat ke depannya.

Readmore »

Rabu, 16 Desember 2009

harus berubah


sudah terlalu lama sepertinya saya tidak mengisi blog saya dengan tulisan-tulisan saya yang terkadang tidak penting dan membosankan.
kini saya hadir kembali, setelah mendapat pencerahan dari abang saya dan teman lama saya. terima kasih sekali ku ucapkan pada mereka yang membuat saya sadar, bahwa saya harus berkarya.
saya tidak boleh bermalas-malasan dan berdiam diri, ketika semua teman-teman saya sudah mulai merintis karyanya. saya tidak boleh terlalu bersenang-senang, ketika orang-orang disekitar saya sulit untuk tersenyum karena mereka lapar.
saya harus memulai merajut kembali impian-impian saya yang tertunda.

Di dalam kamar saya terdapat kertas yang bertuliskan:
NOVEMBER 2009
target-target yang harus dikerjakan --> Rajin sholat + mengaji, bangun pagi, dan hal-hal baik lainnya yang sering saya tinggalkan.
tapi target-target itu terhenti di bulan november, tak ada lanjutannya di bulan desember.
Hal ini membuat saya merenung, mengapa saya tidak melanjutkan kertas itu dengan target saya di bulan desember.

kemudian, saya menyadarinya, itu semua karena target-target saya di bulan november tidak terpenuhi. untuk itu, saya jadi enggan menulis target-target saya di bulan desember. saya takut mengingkari janji yang telah saya buat sendiri.

tapi kini, setelah pencerahan itu datang, saya akan tuliskan lagi target-target saya yang sempat tertunda, diantaranya adalah :
1. memulai karya saya dan memaksimalkan kemampuan saya untuk menghasilkan sebuah karya
2. menjalin hubungan yang intensif kepada TUHAN
3. melaksanakan tugas dan kewajiban saya sebagai orang anak dan sebagai seorang mahasiswa.
4. menjalin hubungan yang hangat pada semua orang yang ada dalam hidup saya

saya harap ini tidak hanya menjadi cita-cita saya, tapi juga menjadi tolak ukur dan mengingatkan saya ketika saya kembali pada hal-hal yang menjerumuskan saya dalam dunia kebodohan. semoga ini menjadi semangat saya dalam menggapai hal-hal baik yang harus saya lakukan.
Readmore »