Kamis, 06 Agustus 2009

beri gue satu kesempatan

Allan praditya memainkan jari-jari nya di senar gitar yang sudah hampir putus. Keseriusan tertampak dari wajahnya mencari kunci agar alunan gitar itu terdengar indah dan sesuai dengan lagu yang baru dibuatnya. Setelah selesai, ia meletakkan gitar nya di bawah, kemudian mengambil sebatang gumpalan tembakau yang dipenuhi racun-racun berbahaya di meja. Ia menyedot dalam-dalam gumpalan itu dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanan nya sibuk memencet tuts-tuts nomor di telpon genggamnya.
“halo…” kata alan membuka pembicaraan dengan orang yang ada di seberang telpon.
“hay lan..” sahut gadis itu
“malam ini nge-jam yuks” ajaknya
“oke jam berapa?”
“jam 8 di studio campretos ya, gue langsung tunggu lo disana aja,ok!”
“sip”
Rara, nama gadis yang ditelpon alan. Telah 1 tahun alan dekat dengannya, telah belasan kali alan menembaknya, namun disayangkan tak sedikitpun rara menaruh rasa pada allan. Meskipun berjuta-juta lagu telah dibuat allan dan dipersembahkan untuknya, ya apalah daya tak secuil pun bongkahan dinding es di hati rara meleleh.
Gadis itu yang ia kenal saat acara ulang tahun sahabatnya, ketika itu rara manggung bersama bandnya yang sudah lumayan terkenal. Permainan gitar rara yang memukau membuat alan jatuh hati pada pandangan pertama. Sehingga, alan merayu sahabatnya untuk mengenalkan nya dengan rara.
Satu cara paling ambuh buat Allan agar Rara mau di ajak keluar bersamanya adalah bermain music bersama(nge-jam).

***

Alan dibantu dengan beberapa temannya sedang sibuk menghias studio. Atap ruangan nya ia tempel dengan kertas kado, di dinding di pasang sebuah kain bertuliskan “HAPPY B’DAY”. Di bagian tengah ruangan terdapat sebuah meja yang menyerupai bodi gitar dengan dua buah kursi kayu yang dipasang berhadapan. Meja tersebut dilapisi taplak bermotif bunga-bunga, diatas meja diletakkan blackforest yang dikelilingi dengan lili-lilin kecil. Sedangkan alat-alat music studio diselimuti dengan kain-kain putih.
Tampak lah studio itu menjadi ruangan yang romantic, dipenuhi dengan lilin-lilin yang diletakkan di pinggir ruangan serta petikan bunga yang berserakan dilantai. Ruangan tersebut sengaja tidak dihidupkan lampu untuk menambah kesan syahdu.

***

Di tempat lain..
Rara baru pulang dari bermain skate board saat jam dinding menunjukkan pukul 7 malam. Teringat akan janjinya dengan alan, ia pun dengan cekatan menyambar handuk yang digantung dibelakang pintu untuk segera mandi.
Sekitar 15 menit ia pun selesai mandi, kemudian mengambil baju hitam gombrong yang ada di lemari serta memakai celana jins hitam rombeng yang telah dipakainya seharian ini. Tak luput, ia mengenakan gelang-gelang antic kesayangan nya yang ia beli di emperan toko.
Itulah rara, gaya dan dandanan nya yang cuek, dipadu dengan rambut pendek berwarna kuning membuat ia tampak seperti cowo dari kejauhan. Namun paras mukanya yang cakep dan keahlian bermain gitar serta sifatnya yang baik mampu menyihir alan sampai alan mati-matian mengejar cintanya.
***
Usai mendekor studio, Alan menanti Rara sambil sesekali melihat jam di tanganya. Tampak di wajah nya, kecemasan menanti Rara yang sudah telat 10 menit.
Tak beberapa lama kemudian, rarapun datang bersama motor bututnya. Senyum mengembang dari bibir alan melihat pujaan hatinya telah datang.
Saat Rara membuka pintu studio,
“SURPRISE….” Teriak teman-teman nya yang ada di dalam studio bersamaan.
“wow… ini pasti kerjaan lu ya lan?” Tanya Rara penuh selidik
Alan menjawab dengan senyum cengengesan nya. Berikutnya, acara tiup lilin dan potong kue dilaksanakan.
Sekitar pukul 10 malam, acara kejutan ulang tahun itu selesai, semua orang pulang. Yang tertinggal di studio hanyalah rara dan alan.
Saat Rara hendak pulang mengikuti jejak temannya yang sudah lebih dulu membuka pintu, Alan menarik tangan Rara.
“ra… jangan pergi dulu… ada yang pengen gue omongin ke lu” ujarnya seraya memeganggam tangan Rara erat
“ngomongin apaan lan?” Tanya Rara penasaran
“gue pengen bilang kalo gue suka sama loe. Terserah lu mau ngomong gue gak tahu malu karena udah berkali-kali nembak lu dan udah berkali-kali juga lu nolak gue. Tapi gue pengen, jadi pacar lu ra.”
“tapi… tapi gue gak bisa lan. Gue gak cinta sama lu..”
“apa yang ngebuat lu gak bisa cinta sama gue? Apa ra? Sumpah ra gue sayang banget sama lu… kenapa lu gak bisa ngerti..”
“gue taw lan, gue taw,, tapi gue gak bisa lan…”
“iya kenapa” Tanya alan dengan suara yang keras “kenapa ra?” Tanya nya lagi kali ini dengan suara lirih, karena rara tak kunjung menjawab..
“oke, kalo lu maksa gue.. selama ini, gue juga udah berusaha buat cinta sama lu lan, saat lu pertama kali ngungkapin perasaan itu ke gue. Saat gue ngeliat keseriusan lu buat dapetin cinta gue… Selama ini gue berusaha banget buat menemukan getar-getar cinta itu… tapi lan.. gue gak bisa… gue gak bisa cinta lu karena gue… karena gue pikir gue gak cinta cowo..Gue taw, lu mungkin kaget, lu mungkin kecewa sama gue lan.. tapi kisah hidup nyokap gue yang ditinggalin bokap kawin lagi, serta kelakuan kakak cowo gue yang pernah merkosa gue waktu gue kecil, ngebuat gue trauma buat percaya sama cowo lan.. gue trauma.., terlebih pergaulan gue yang lebih deket dengan kalian ngebuat gue taw seluk beluk kalian, gue jadi bener-bener ilfeel lan..” urai Rara sambil berurai air mata..
Alan kaget dan terkulai lemas. Ia tatap wajah Rara dalam-dalam berharap Rara menarik kembali ucapan nya. Namun, Rara tak kunjung berkata-kata. Rara malah membalikkan badannya dan berlari menuju pintu studio. Dengan cekatan, Alan mengejar rara dan menarik tangan Rara agar wanita itu tidak pergi meninggalkan nya.
“gue cinta sama lu ra, gue gak peduli lu bilang lu gak suka cowo ataupun lu lesbi. Gue cinta sama lu, gue janji.. gue akan ngebuat lu percaya bahwa gak semua cowo kayak bokap lu yang jahat karena udah ngeduain nyokap lu, gue gak akan kayak kakak lu yang bajingan. Gue janji, gue akan merubah persepsi lu tentang kaum gue… gue sayang sama lu.. beri gue satu kesempatan.. please ra..” ujar Allan penuh pengharapan

0 komentar:

Posting Komentar