Jumat, 14 Agustus 2009

cinta, sang penyair berkata

pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu... *kahlil gibran*

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain…
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa

*ws. rendra*

AKAN KE MANAKAH ANGIN

Emha Ainun Nadjib


Akan ke manakah angin

Tatkala turun senja yang muram

Kepada siapa lagu kuangankan

Kelam dalam kabut, rindu tertahan

Datanglah engkau berbaring di sisiku

Turun dan berbisik dekat di batinku

Belenggulah s’luruh tubuh dan sukmaku

Kuingin menjerit dalam pelukanmu

Sampai manakah berarak awan

Bagi siapa mata kupejamkan

Pecah bulan dalam ombak lautan

Dahan-dahan di hati bergetaran

0 komentar:

Posting Komentar