Kamis, 06 Agustus 2009

aku bukan orang gila

Sudah berulang kali ku katakan pada mereka, bahwa AKU TIDAK GILA.. aku hanya sedang menunggu ibuku yang pergi ke pasar untuk membelikan komik conan terbaru yang sudah ku minta dari seminggu yang lalu.

Ibu sudah berjanji padaku, jika aku rangking satu ia akan membelikan komik itu, makanya dari seminggu yang lalu setelah ku terima raport aku terus merongrong ibu untuk dibelikan komiknya.

“aku gak gila yah” ujar ku berulang kali setiap kali ayah memberi makan kepadaku sambil menatapku iba..

“bilang pada mereka yah, aku tidak akan meminjamkan komik itu, jadi mereka tak usah berebutan untuk mengemis padaku, tidak usah pula mereka memberikan batu-batu indah itu yah karena apapun yang akan mereka berikan padaku, aku tetap pada pendirianku untuk tidak akan meminjamkan komiknya”

Sambil bernyanyi lagu dari soundtrack film conan aku menunggu ibu di pojok kamarku yang seperti singgah sana raja ini. Aku dilayani seperti seorang ratu karena tiap aku lapar, maka ayah ataupun kakak-kakaku akan datang dan membawa sepiring nasi dengan lauk yang aku suka.

Ayah sangat takut akan ada yang menjahiliku jika aku keluar rumah, maka dari itu ayah mengikat kaki dan tanganku dengan kencang. Ia takut sekali aku pergi jauh darinya..

***

“sudah 8 tahun ia mengalami gangguan jiwa” kata ayah kepada seorang wanita cantik yang memegang sebuah microfon di tangannya

“sebelumnya maaf bapak, kalo boleh taw kenapa ya adik ini menjadi gila?” Tanya wanita itu sambil tersenyum manis padaku

“dia gila, karena ibunya meninggal dunia saat perjalanan membeli komik conan edisi terbaru yang ia minta” ujar ayah sambil sesekali menatapku dengan penuh kasih sayang

“lalu tangan adik ini diikat karena apa ya?” Tanya nya lagi sambil berjalan mendekati aku yang menatapnya dengan tajam

“kalo tidak diikat, ia akan pergi dari rumah. Waktu itu kami coba untuk tidak mengikatnya, lalu ia pergi, kami pun mencari kesana kemari, sampai seminggu kemudian baru kami temukan ia sedang tidur dipinggir jalan pasar dengan pakaian compang camping seperti habis di perkosa. Untuk menjaganya, kami terpaksa mengikatnya” kata ayah lirih sambil menteskan air mata nya.

Akupun menjadi sedih melihat ayah menangis, aku ikut merasakan kepedihan ayah, dan untuk itu aku menemani nya menangis..

Ayah mengelap air matanya, lalu ia berjalan menghampiriku yang sedang menangis meraung-raung, sambil merangkul tubuhku ia menatapku penuh arti. Aku tahu maksud dari tatapannya, yang kurang lebih artinya “nak, tak perlu kau menangis karena tadi yang kulakukan bukanlah menangis, ayah mu yang kuat ini tak mungkin menangis nak. Tadi ada debu yang membuat mata ayah pedih”

Hanya dengan rangkulan dan tatapan nya itu, tangisan ku pun reda.

“dia gadis yang cantik, sayang dia gila” ucap cowo yang sedari tadi sibuk mengambil video ku yang sedang duduk manis.

“hus..” kata wanita pembawa microfon itu sambil menginjak kaki cowo pencuri gambarku. “apakah anak anda pernah dibawa ke psikolog atau ke dokter jiwa?” Tanya nya lagi

“Wanita ini pastilah orang yang suka ingin tahu” pikirku

“selama setahun kami sekeluarga membawa ia ke psikolog-psikolog ternama, ustad-ustad atau pun segala bentuk alternative yang ditawarkan untuk orang yang mengalami gangguan jiwa. Tapi gak ada hasil”

“oh begitu.. baiklah bapak.. mungkin cukup sekian wawancara saya. Terima kasih untuk waktu yang sudah bapak luangkan. Saya mohon pamit dulu” ujarnya sambil menjabat tangan ayah yang penuh kehangatan.

Kemudian wanita dan cowo berkamera itupun pergi meninggalkan kamarku.

***

“Ayah aku bertemu ibu, ia membawa komik yang aku inginkan. Tapi, ia didampingi oleh para lelaki tampan bersayap. Siapa dia yah? Ah, entahlah yah, tapi aku senang karena akhirnya aku bertemu dengan ibu yah.. ia memelukku hangat dan mengajakku terbang ke angkasa.. aku tak pernah menyangka bahwa ibu bisa terbang. Tapi mengapa ayah terlihat tidak bahagia? Ayah malah menangis disampig gumpalan kain putih itu.”

0 komentar:

Posting Komentar