Rabu, 07 April 2010

Definis Diabetes Melitus

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2007), mendefinisikan bahwa DM tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan karakteristik penurunan fungsi sel beta pankreas. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Diabetes melitus merupakan kelainan kronik mengenai metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ganggguan atau kekurangan respon insulin; yang diterjemahkan menjadi gangguan penggunaan karbohidrat (glukosa), ialah gambaran khas diabetes mellitus, sebagai hasil akhir timbul hiperglikemia (Robbins & Kumar, 1992, 92)
Patofisiologi dan Penatalaksanaan DM tipe 2
DM tipe 2 merupakan jenis/klasifikasi DM yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%) (Suyono, 2007)
 DM tipe 2 adalah salah satu bentuk klasifikasi etiologis DM dengan gambaran yang bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin ( Soegondo, 2007).
 DM tipe 2 merupakan klasifikasi baru untuk menggantikan istilah non-insulin-dependent diabetes (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) (Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, 1997, dalam Dunning, 2003).
KOMPLIKASI DIABETES
1. AKUT : HIPOGLIKEMIA & KETOASIDOSIS
2. KRONIK :
2.1 RETINOPATI Retinopati diabetik diakibatkan oleh rusaknya pembuluh darah yang mengaliri retina.Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan / darah yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak/eksudat.
2.2 NEFROPATISekitar 20-40 % pasien diabetes akan mengalami nefropati diabetik. Didapatkannya albuminuria persisten pada kisaran 30-299 mg/24 jam (albuminuria mikro) merupakan tanda dini dari nefropati diabetik. Pasien diabetes yang disertai dengan albuminuria mikro dan berubah menjadi albuminuria makro (≥300 mg/24 jam), pada akhirnya sering berlanjut menjadi gagal ginjal kronis stadium akhir.(PERKENI, 2006) Neuropati diabetes merupakan adanya tanda dan atau gejala disfungsi saraf perifer setelah penyebab lain disingkirkan. Neuropati tidak dapat didiagnosa tanpa pemeriksaan klinik dan tidak adanya gejala tidak berarti tidak adanya neuropati. Neuropati perifer diabetes tidak dapat didiagnosa hanya dengan satu gejala, tanda, atau pemeriksaan tunggal; minimal terdapat dua abnormalitas (seperti abnormal tanda dan gejala) adalah direkomendasikan.(Boulton Andrew,2005)
2.3 Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan tekanan, sedangkan neuropati autonom menyebabkan peningkatan kekeringan dan fisura pada kulit (akibat penurunan produksi keringat). Neuropati motorik menyebabkan atrofi muskular, yang menyebabkan perubahan bentuk kaki.
PENYAKIT VASKULAR PERIFER
Rendahnya sirkulasi darah (termasuk nutrisi, oksigen dan antibiotika) pada ekstremitas bawah menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi terganggu dan dapat berkembang menjadi gangren.
IMUNOKOMPROMAIS
 Hiperglikemia menganggu kemampuan leukosit untuk merusak bakteri.
2.4 DISFUNGSI EREKSI Pria dengan DM dua kali lebih besar mengalami disfungsi ereksi dibandingkan pria tanpa diabetes(www.diabetes.org.diperoleh pada 2 Oktober 2007). Prevalensi disfungsi ereksi pada pasien diabetes tipe 2, lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati otonom, angiopati dan problem seks.(PERKENI, 2006).

PENGKAJIAN
 keluhan klasik DM: sering berkemih terutama dirasakan pada malam hari, sering merasa haus, sering merasa lapar, penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
 Keluhan lain adalah badan lemas, kesemutan, gatal, penglihatan kabur, gangguan ereksi pada pria, keputihan, gatal di daerah kewanitaan pada kaum wanita, infeksi atau luka yang lama sembuh (Smeltzer, 2008; Inzucchi et al, 2005; Dunning, 2003; WHO). Riw. DM pd kelg, Riw pola makan dan olga, riw merokok.
 Riw Melahirkn bayi > 4 Kg pd wanita
 Riw psikososial spiritual : stress, masalah kelg, mslh psikis cemas, takut, depresi, kehilangan harapan, dll
 Pengkajian kaki (PEDIS)
 Pada pemeriksaan diagnostik, akan diperiksa kadar gula darah. Kriteria DM (Perkeni, Persatuan endokrinologi indonesia ) adalah sebagai berikut :
 Kadar gula darah sewaktu = 200 mg/dl
 Kadar gula darah puasa = 126 mg/dl atau
 Kadar gula darah puasa = 110 mg/dl atau
 Kadar gula darah 2 jam sesudah tes toleransi glukosa oral ( TTGO ) = 200 mg/dl

0 komentar:

Posting Komentar