Kamis, 29 Desember 2011

Kicau Kacau



Buku Indra herlambang yang berjudul kicau kacau, telah membuat kacau timeline saya. Berikut ini beberapa pernyataan Indra tentang twitter dan kekacauan yang terjadi :
Dulu setiap bangun pagi, yang pertama kali kita lakukan adalah memegang HP untuk sekedar mengecek SMS. Namun, beberapa tahun belakangan ini kebiasaan itu mulai terganti. Kini berganti dengan menikmati kicauan burung. Bedanya kali ini yang kita nikmati bukan cicit merdu makhluk berparu di pepohonan. Tapi kicau seru manusia-manusia pencicit di timeline Twitter. Burung baru ini suaranya lebih juicy, dan kicauannnya lebih menarik untuk diikuti.
Ketika pertama kali mulai ngetwit, seperti nemuin mainan baru yang juara. Bayangin aja, yang perlu dilakukan hanyalah mengupdate status. Itu brilian banget! Pembuatnya sungguh memamahami kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pamer kondisi, atau jadi pencurhat wahid dan mengakomodir kegemaran kita untuk mendengar suara kita sendiri. Nggak heran kalau kebanyakan dari kita menjadi twitter addict. Dikit-dikit update status, bentar-bentar ngecek timeline, dan pada titik paling absurd kita selalu membawa HP atau BB kita kemanapun kita pergi termasuk kamar mandi. Tumpukan majalah, sudah tidak terlalu mengagumkan lagi, karena ada twitter yang lebih seru. Kita dimanja dengan diperbolehkan mengintip urusan orang sepuas-puasnya, dan mengumbar hidup sendiri selebar-lebarnya. Bukankah itu terasa seperti surga?
Ketika itu twitter seperti dunia muda yang menawarkan bentuk pengalaman maya yang berbeda. Semua terasa menyenangkan, namun setelah penggunanya semakin banyak dan popularitasnya semakin meledak, kenapa twitter tidak seindah dulu?
Twitter menjadi hal yang rawan, dengan terdiri dari 140 karakter dimana kita tidak tahu bagaimana ekspresi penulis dan nada bicaranya menjadikan hal-hal kecil terlihat sensitif. Nggak heran ada banyak yang ribut karena status orang kain, ya tersinggunglah atau terganggu kicauan congkak orang tertentu. Hebatnya, twitter mampu mengupas lapisan kepribadian setiap orang hingga layer yang paling dalam. Dengan membaca timeline seseorang, kita bisa tahu seperti apa orang itu sebenarnya. Twitter seperti pengeras suara dari semua pengguna yang ada didalamnya. Kepribadian orang yang dalam keseharian menyenangkan bisa berubah jadi sungguh menyebalkan. Dan pada akhirnya terciptalah beberapa public enemy yang jadi sumber hujatan sekaligus hiburan bersama.
Twitter sejak dulu sudah dipenuhi jutaan konflik? semua silih berganti dengan keributan-keributan lainnya. Namun, semua itu justru menambah daya tarik twitter.
Siapa sih yang nggak suka menikmati sedikit dosis drama dalam hidupnya?
Saat ini di twitter seperti ada kontes tanpa akhir untuk menemukan siapa yang ngetweetnya paling pedes untuk ngritik negara/orang lain. Atau siapa yang paling lucu saat membuat lelucon soal tingkah laku seseorang. Atau siapa yang paling brilian dalam menghina dina para musuh masyarakat.
Disisi lain, ada banyak pendapat yang berbeda tentang twitter. Ada yang berteriak-teriak vokal di twitter hanyalah pemborosan energi dan batere BB. Seberapa besar sih kekuatan kicauan itu bisa membawa perubahan? Apa nggak lebih baik melakukan sesuatu dalam kehidupan nyata ketimbang marah-marah di dunia maya? Stop complaining and start doing something real!
Ga tahu mana yang benar, dan tidak terlalu peduli. Cuma merasa kangen dengan suasa twitter zaman dulu. Saat semua dibawa FUN. Saat update soal makanan dan hal kecil bisa jadi sesuatu yang luar biasa. Kini terlalu banyak kicau kacau yang memusingkan.
Lebih baik mendengar kicauan burung nyata diluar sana.
Sekian kutipan dari kicau kacaunya. See you in the other article

Twitter : @iamveraa follow me, Fakir follower

0 komentar:

Posting Komentar