Aku bungsu dari 4 bersaudara, dengan 2 orang kakak perempuan dan satu orang kakak laki-laki. Kami dibesarkan oleh orangtua yang membimbing kami untuk bersikap hemat dan disiplin. Sejak kecil kami diajarkan untuk taat dengan perintah agama dengan memasukkan kami di TPA-TPA yang dekat dengan rumah. Setiap hari, sehabis pulang sekolah kami menghabiskan waktu bermain kami di TPA ini. Meskipun ketika dewasa, sholatku tidak serajin dahulu, dan tidak pernah ke dendangkan lagi ayat-ayat suci al-qur'an di kamarku, setidaknya menurut ku aku punya bekal agama yang cukup untuk menghindari ku dari pergaulan-pergaulan yang sangat bebas dan berbahaya.
Pertengkaran-pertengkaran kecil, sering kami alami hampir setiap hari. Meskipun begitu, kami yakin pertengkaran-pertengkaran itu yang membuat hubungan kami menjadi erat.
Kakakku yang pertama, Seorang wanita yang kini telah memiliki seorang anak. Ia menikah 3 tahun lalu, ketika itu berat rasanya melepaskan kakakku untuk menikah dengan pria pilihannya. Karena yang kupikirkan, saat itu bahwa ketika kakakku sudah membangun sebuah rumah tangga, maka tidak akan ada waktu lagi untuk memanjakan ku sebagai adik bungsunya, yang biasanya akan mengajakku mengobrol saat aku butuh teman, dan setelah menikah maka tidak ada waktu yang luang untuk mengobrol bahkan sekedar bertanya, "apa kabar". Sebab, ia akan memiliki tanggung jawab baru, yaitu mengajak ngobrol suaminya dan anak2xnya... pemikiran-pemikiran buruk itu, selalu melintasi ketika acara pernikahannya berlangsung, dan semua pemikiran itu pun tak ayal menjadi nyata.. Kadang ada rasa sepi saat aku pulang kerumah, yang biasanya akan ada obrolan dan candaan2x hangat darinya, kini sudah berkurang, berganti dengan candaan2x akan anak nya. Yah, pada saat itu aku harus bisa menerimanya, menerima kakakku yang kini sudah berstatus seorang istri dan seorang ibu..
Begitupun yang terjadi saat kakak kedua ku menikah, ketika pernikahannya berlangsung, aku tak kuasa menahan air mata, rasanya sedih dan berat untuk melepaskannya, karena makin akan terasa sepi hati ini terutama saat pulang kerumah. Cukup satu kakak yang telah membuatku merasa kehilangan, kini dengan berat hati aku pun akan melepas kakak keduaku yang artinya, makin banyak kurasakan kehilangan. Mungkin ini seperti pemikiran konyol dan sempit, tapi itulah kiranya yang kurasakan.
Posisiku yang sedang merantau di kota orang untuk kuliah, membuat kami akan saling jarang bertemu terlebih karena mereka sudah memiliki keluarga sendiri, lebaran, mungkin tidak akan bisa kumpul lengkap, karena salah satu atau keduanya akan lebaran di tempat mertuanya.
Akan kurasakan lebaran yang sepi, akan kurasakan kebosanan diri ketika pulang kerumah, ya akan kurasakan itu semua, pastim sampai akhirnya nanti, aku pun akan pergi meninggalkan mereka..
Kini tinggal sisa kakak ketigaku, semoga pernikahannya tidak diadakan dalam waktu dekat (hahaha.. doa yang jahat)
Seandainya aku dilahirkan ulang, aku akan memohon kepada TUHAN untuk tidak melahirkanku sebagai anak bungsu.. dan melahirkan ku sebagai anak pertama saja, biar aku yang meninggalkan adik-adikku terlebih dahulu.. hheeeheheee
Senin, 24 Mei 2010
Home » curhat » Kesepianku dirumah
0 komentar:
Posting Komentar