Rabu, 19 Mei 2010

Terapi Infertilitas

Penanganan infertilitas tentunya bergantung pada penyebabnya. Apabila terdapat air mani abnormal, maka dicari penyebabnya apakag akibat dari varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin, atau hiperprolaktinemia. Kalau infertilitas ternyata ada hubungannya dengan tuba yang tersumbat, maka pengobatan saja sangat sedikit membawa hasil. Istri dengan riwayat infeksi panggul yang berulang dapat dicoba dengan pemberian antibiotik jangka panjang. Endometriosis pada tuba dapat diobati dengan pil KB, progesterone, atau danazol yang diberikan terus menerus atau berselang-seling. Dalam hal memutuskan pembedahan, pasangan yang bersngkutan harus memikirkan terlebih dahulu keberhasilannya serta bagaimana reaksi mereka bila gagal sama sekali. Indikasi pembedahan tuba adalah tersumbatnya seluruh atau sebagian tuba, tekukan tuba yang patologis, sakulasi tuba, perlekatan pertubular dan periovarial khususnya untuk membebaskan gerakan tuba dan ovarium. Pembedahan tuba tidak dilakukan kalau analisis sperma suaminya abnormal, serta adanya penyakit pada istri yang tidak membolehkannya untuk hamil.
Contoh terapi infertilitas :
Pada pria :
1. Terapi medis dengan pemberian obat-obatan seperti sildenafil atau vasodilator intra kavernosa agar membuat konsepsi terjadi secara alamiah.
2. Terapi bedah bila berkenaan dengan kelainan anatomis atau masalah bedah yang berkaitan dengan kasus infertilitas pada pria misalnya varicocele.
Varikokel atau varicocele adalah pelebaran pembuluh darah balik (pleksus pampiniformis) dalam skrotum.

Tujuan dari terapi bedah pada penyakit varikokel adalah menghilangkan terkumpulnya darah dalam vena spermatika dengan tetap mempertahankan aliran darah dalam arteri spermatika dan sistem limfatik. Beberapa teknik bedah telah dikembangkan dalam pengobatan ini, antara lain pendekatan skrotal, pendekatan subinguinal, pendekatan inguinal (modifikasi Ivanissevich), pendekatan retroperitoneal (modifikasi Palomo) dan yang paling modern dengan laparoskopi.

Pendekatan Skrotal saat ini jarang digunakan karena kompleksitas pembuluh darah dalam pleksus pampiniformis di daerah skrotal, sehingga tingkat kesalahan dalam operasi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup tinggi. Pendekatan subinguinal dan inguinal (modifikasi Ivanissevich) justru lebih sering dipakai oleh para ahli bedah urologi.
3. Inseminasi buatan, Pada inseminasi buatan sperma pria dimasukkan kedalam uterus dengan cara injeksi. Ineseminasi buatan dapat dilakukan dengan sperma dari suami (Artificial Insemination Husband/ AHI), atau dengan sperma dari laki-laki lain (Artficial Insemination Donor) , dapat juga dilakukan dengan campuran sperma suami dan donor (Combined Artificial Insemination).

Sperma pada inseminasi buatan didapatkan dengan cara masturbasi, atau dengan kondom khusus yang digunakan untuk mengambil air mani selama berhubungan intim. Laki-laki yang menyediakan sperma untuk inseminasi buatan biasanya dianjurkan untuk tidak ejakulasi selama 2-3 hari sebelum waktu pengambilan sampel untuk meningkatkan jumlah sperma.
4. Terapi oklusi
Di sini suami menggunakan kondom selama 6-9 bulan bila isteri mempunyai bukti faktor imunologis sebagai penyebab infertilitasnya. Ada yang menganjurkan 6-12 bulan. Tujuannya adalah untuk mengurangi titer antibodi antispermatozoa dengan mencegah pengulangan stimulasi antigenik. Uji imunologi harus diulang setiap 3 bulan sehingga menjadi negatif atau titernya menjadi 1:4 atau kurang. Terapi ini tidak memberikan hasil yang memuaskan pada isteri yang mempunyai antibodi antisperma dalam serumnya. Terapi ini lebih rasional bila diberikan pada pasien dengan adanya faktor imunologik lokal (lendir serviks). Franklin dan Dukes melaporkan bahwa kondom efektif untuk beberapa pasien.
Pada Wanita :
1. Terapi medis berupa pemberian obat-obatan atau hormone misalnya untuk memperbaiki induksi ovulasi.
2. IVF (In Vitro Fertilization)
Teknik IVF yang lebih dikenal dengan bayi tabung adalah teknik pembuahan sel telur yang dilakukan di luar tubuh. Sel telur diambil dari indung telur dan dibuahi dengan sperma suami yang sudah disiapkan di laboratorium. Metode bayi tabung dipelopori sejumlah dokter Inggris dan berhasil menghadirkan bayi tabung perempuan pertama, Louise Brown, tahun 1978.

Proses bayi tabung :
a. Memeriksa suami dan istri meliputi hormon reproduksi, kondisi reproduksi, dan kemungkinan adanya infeksi virus atau penyakit lain seperti diabetes, gangguan ginjal dan kelenjar tiroid
b. Ovarium dirangsang agar mengeluarkan banyak folikel yang mengandung sel telur dengan cara menyuntikkan obat stimulasi setiap hari selama 7-9 hari.
c. Setelah sel telur matang, sel telur dikeluarkan dengan cara menyuntikkan folikel yang tampak pada USG melalui vagina, kemudian dilakukan pengisapan.
d. Kultur embrio, sel telur dan sel sperma di persiapkan. Sel sperma diperoleh dengan masturbasi. Sel telur dan sel sperma dipertemukan dengan perbandingan 1 sel telur : 50.000-100.000 sperma di dalam cawan petri dengan tujuan satu sperma yang masuk ke dalam sel telur agar terjadi pembuahan.
e. Setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang berupa embrio dimasukkan lagi ke dalam rahim melalui serviks.
3. GIFT (Gamete Intrafallopion Transfer)
GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.
4. ZIFT (Zygote IntrafallopionTransfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
5. Inseminasi Intrauterin
Inseminasi intrauterin terutama diberikan bila terbukti adanya antibodi antisperma lokal pada lendir serviks yang menyebabkan kegagalan penetrasi lendir serviks oleh sperma. Memang indikasi inseminasi ini masih kontroversi karena beragamnya hasil yang dilaporkan. Angka keberhasilan dengan metode ini berkisar antara 20-30%.
Inseminasi intrauterin ini adalah indakan penaburan spermatozoa suami yang sudah terpilih dan tersaring melalui proses di laboratorium, ke dalam rongga rahim istri, di daerah dekat dengan mulut saluran telur.
Spermatozoa dimasukkan dengan bantuan alat khusus melalui vagina, kanal serviks dan menuju ke dalam rongga rahim. Spermatozoa tersebut diharapkan akan menerobos masuk ke dalam saluran telur, kemudian bertemu sel telur matang yang telah menunggu di bagian saluran telur yang melebar (ampula) atau cairan rongga perut (peritoneum). Pembuahan terjadi dalam saluran telur istri atau di dalam cairan peritoneal, kemudian setelah 5-7 hari hasil pembuahan (embrio) tersebut menuju ke rahim untuk menyusuk (implantasi) pada selaput lendir rahim (endometrium). Proses selanjutnya berjalan seperti kehamilan biasa.
Tindakan inseminasi membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit jam, kemudian berbaring di tempat tidur selama + 1 jam. Tindakan ini tidak memerlukan rawat-inap.
Aturan persiapan untuk pasien
• Untuk istri yang ovulasinya tidak teratur atau pada siklus normal yang waktu ovulasinya perlu diatur akan dilakukan pemicuan ovulasi dengan pemberian obat.
• Perkembangan kantong telur (folikel) akan dipantau dengan USG transvaginal, hingga mencapai ukuran sekurang-kurangnya 18 mm (hingga 26 mm).
• Bila telah ditemukan satu atau lebih folikel > 18 mm, istri diberi suntikan hCG-b untuk membantu pemecahan kantong telur dan terjadinya ovulasi.
• Sehari hCG- (antara 24-36 jam) setelah penyuntikan b, tindakan inseminasi akan dilakukan.
• Pada hari yang dijadwalkan, suami diminta untuk mengumpulkan bahan sperma, (dan apabila perlu istri akan diambil darahnya), kemudian bahan sperma akan diproses di Laboratorium Andrologi untuk meningkatkan mutu spermatozoa.
• Setelah Laboratorium Andrologi selesai menyiapkan spermatozoa suami, tindakan inseminasi dapat dilakukan.
• Setelah tindakan selesai, pasien tetap berbaring di tempat tidur dengan posisi bagian pantat lebih ditinggikan (selama + 1 jam), kemudian pasien boleh pulang.

0 komentar:

Posting Komentar